Cerita panas Dewasa Terbaru Ngewe Dengan Anak SMA Cantik – Namaku Agus,
aku masih kelas 1 SMU, saat aku bermain ke rumah temanku Rina untuk
mengambil tugas Fisika disana aku bertemu temannya Rina, kami pun
berkenalan dengan postur yang semampai, body yang dilihat bisa dikatakan
dewasa, aku kira dia kakak kelasku ternya dia masih 3 SMP, namanya
Wulan.
Wulan saat itu masih dengan pakain seragam sekolahnya yang ketat dan
terlihat payudaranya yang montok, aku taksir ukurannya 34 B, kami saling
diam, tapi aku kadang mengamati dadanya dan pantatnya yang semok itu,
berfantasi aku jika bisa menikmati tubuh gadis mungil ini, aku rasa
dengan gerak geriknya dia punya perasaan denganku.
Wah karena dfantasiku hanya hayalan akupun minta pamit kepada Rina
untuk pulang karena tugas itu sudah aku bawa dan aku ingin kukerjakan
dirumah, tapi Rina menahanku dan memintaku untuk mengantar Wulan
kerumahnya karena rumahnya jauh dan kebetulan sudah sore hamper malam,
kebetulan aku sedang bawa “Kijang Rangga” milik bapakku. Akhirnya aku
menyetujuinya hitung-hitung ini kesempatan untuk mendekati Wulan.
Setelah beberapa lama terdiam aku mengawali pembicaraan dengan
menanyakan,
“Apa tidak ada yang marah kalau aku antar cuma berdua, entar
pacar kamu marah lagi..?” pancingku.
Dia cuma tertawa kecil dan
berkata, “Aku belum punya pacar kok.”
Secara perlahan tangan kiriku
mulai menggerayang mencoba memegang tangannya yang berada di atas paha
yang dibalut rok SMP-nya. Dia memindahkan tangannya dan tinggallah
tanganku dengan pahanya. Tanpa menolak tanganku mulai menjelajah, lalu tiba-tiba dia
mengangkat tanganku dari pahanya,
“Awas Agus, liat jalan dong! entar
kecelakan lagi..” dengan nada sedikit malu aku hanya berkata, “Oh iya
sorry, habis enak sih,” candaku, lalu dia tersenyum kecil seakan
menyetujui tindakanku tadi.
Lalu aku pun membawa mobil ke tempat yang
gelap karena kebetulan sudah mulai malam,
“Loh kok ke sini sih?” protes
Wulan.
Sambil mematikan mesin mobil aku hanya berkata,
“Boleh tidak aku cium bibir kamu?”
Dengan nada malu dia menjawab,
“Ahh tidak tau ahh, aku belum pernah gituan.”
“Ah tenang aja, nanti aku ajari,” seraya langsung melumat bibir mungilnya.
“Ah tenang aja, nanti aku ajari,” seraya langsung melumat bibir mungilnya.
Dia pun mulai menikmatinya, setelah hampir lima menit kami melakukan
permainan lidah itu. Sambil memindahkan posisiku dari tempat duduk sopir
ke samping sopir dengan posisi agak terbungkuk kami terus melakukan
permainan lidah itu, sementara itu dia tetap dalam posisi duduk. Lalu
sambil melumat bibirnya aku menyetel tempat duduk Wulan sehingga
posisinya berbaring dan tanganku pun mulai mempermainkan payudaranya
yang sudah agak besar, dia pun mendesah,
“Ahh, pelan-pelan Agus sakit
nih..” Kelamaan dia pun mulai menyukaiku cara mempermainkan kedua
payudaranya yang masih dibungkus seragam SMP.
Mulutku pun mulai menurun mengitari lehernya yang jenjang sementara
tanganku mulai membuka kancing baju seragam dan langsung menerkam
dadanya yang masih terbungkus dengan “minishet” tipis serasa “minishet”
bergambar beruang itu menambah gairahku dan langsung memindahkan mulutku
ke dadanya.
“Lepas dulu dong ‘minishet’-nya, nanti basah?” desahnya kecil.
“Ah tidak papa kok, entar lagi,”
“Ah tidak papa kok, entar lagi,”
sambil mulai membuka kancing
“minishet”, dan mulai melumat puting payudara Wulan yang sekarang sedang
telanjang dada.Sementara tangan kananku mulai mempermainkan lubang
kegadisannya yang masih terbungkus rok dan tanganku kuselipkan di dalam
rok itu dan mulai mempermainkan lubangnya yang hampir membasahi CD-nya
yang tipis berwarna putih dan bergambar kartun Jepang.
Mulutku pun terus menurun menuju celana dalam bergambar kartun itu
dan mulai membukanya, lalu menjilatinya dan menusuknya dengan lidahku.
Wulan hanya menutup mata dan mengulum bibirnya merasakan kenikmatan.
Sesekali jari tengahku pun kumasukkan dan kuputar-putarkan di lubang
kewanitaannya yang hanya ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia hanya
menggenggam rambutku dan duduk di atas jok mobil menahan rasa nyeri.
Setelah itu aku kecapaian dan menyuruhnya,
“Gantian dong!” kataku.
Dia hanya menurut dan sekarang aku berada di jok mobil dan dia di bawah.
Setelah itu aku menggenggam tangannya dan menuntunnya untuk mulai
membuka celana “O’neal”-ku dan melorotkannya. Lalu aku menyuruhnya
memegang batang kemaluanku yang dari tadi mulai tegang. Dengan inisiatif-nya sendiri dia mulai mengocok batang kemaluanku.
“Kalau digini’in enak tidak Agus?” tanyanya polos.
“Oh iya enak, enak banget, tapi kamu mau nggak yang lebih enak?” tanyaku.
“Oh iya enak, enak banget, tapi kamu mau nggak yang lebih enak?” tanyaku.
Tanpa berbicara lagi aku memegang kepalanya yang sejajar dengan
kemaluanku dan sampailah mulutnya mencium kemaluanku.
“Hisap aja! enak
kok kayak banana split,” dia menurut saja dan mulai melumat batang
kemaluanku dan terkadang dihisapnya.
Karena merasa maniku hampir keluar
aku menyuruhnya berhenti, dan Wulan pun berhenti menghisap batang
kemaluanku dengan raut muka yang sedikit kecewa karena dia sudah mulai
menikmati “oral seks”. Lalu kami pun berganti posisi lagi sambil
menenangkan kemaluanku. Dia pun kembali duduk di atas jok dan aku di bawah dengan agak
jongkok. Kemudian aku membuka kedua belah pahanya dan telihat kembali
liang gadis Wulan yang masih sempit. Aku pun mulai bersiap untuk
menerobos lubang kemaluan Wulan yang sudah agak basah,
lalu Wulan
bertanya, “Mau dimasukin tuh Agus, mana muat memekku kecilnya segini dan
punyamu segede pisang?” tanyanya polos.
“Ah tenang aja, pasti bisa
deh,” sambil memukul kecil kemaluannya yang memerah itu dan dia pun
sendiri mulai membantu membuka pintu liang kemaluannya, mungkin dia
tidak mau ambil resiko lubang kemaluannya lecet.
Secara perlahan aku pun mulai memasukan batang kemaluanku,
“Aah..
ahh.. enak Andi,” desahnya dan aku berusaha memompanya pelan-pelan lalu
mulai agak cepat, “Ahh.. ahh.. ahh.. terus pompa Andi.” Setelah 20 menit
memompa maniku pun sudah mau keluar tapi takut dia hamil lalu aku
mengeluarkan batang kemaluanku dan dia agak sedikit tersentak ketika aku
mengeluarkan batang kemaluanku.
“Kok dikeluarin, Agus?” tanyanya.
“Kan belum keluar?” tanyanya lagi.
“Entar kamu hamilkan bahaya, udah nih ada permainan baru,” hiburku.
“Kan belum keluar?” tanyanya lagi.
“Entar kamu hamilkan bahaya, udah nih ada permainan baru,” hiburku.
Lalu aku mengangkat badannya dan menyuruhnya telungkup membelakangiku.
“Ngapain sih Agus?” tanya Wulan.
“Udah tunggu aja!” jawabku.
“Udah tunggu aja!” jawabku.
Dia kembali tersentak dan mengerang ketika tanganku menusuk pantat yang montok itu.
“Aahh.. ahh.. sakit Agus.. apaan sih itu..?”
“Ah, tidak kok, entar juga enak.”
“Ah, tidak kok, entar juga enak.”
Lalu aku mengeluarkan tanganku dan memasukkan batang kemaluanku dan
desahan Wulan kali ini lebih besar sehingga dia menggigit celana dalamku
yang tergeletak di dekatnya.
“Sabar yah Sayang! entar juga enak!” hiburku sambil terus memompa
pantatnya yang montok.
Tanganku pun bergerilya di dadanya dan terus
meremas dadanya dan terkadang meremas belahan pantatnya. Wulan mulai
menikmati permainan dan mulai mengikuti irama genjotanku.
“Ahh terus..
Agus.. udah enak kok..” ucapnya mendesah. Setelah beberapa menit memompa
pantatnya, maniku hendak keluar lagi.
“Keluarin di dalam aja yah
Wulan?” tanyaku. Lalu dia menjawab, “Ah tidak usah biar aku isep aja
lagi, habis enak sih,” jawabnya.
Lalu aku mengeluarkan batang kemaluanku dari pantatnya dan langsung
dilumat oleh Wulan langsung dihisapnya dengan penuh gairah, “Crot..
crot.. crot..” maniku keluar di dalam mulut Wulan dan dia menelannya.
Gila perasaanku seperti sudah terbang ke langit ke-7.
“Gimana rasanya?”
tanyaku. “Ahh asin tapi enak juga sih,” sambil masih membersihkan mani
di kemaluanku dengan bibirnya.
Setelah itu kami pun berpakaian kembali, karena jam mobilku sudah
pukul 19:30. Tidak terasa kami bersetubuh selama 2 jam. Lalu aku
mengantarkan Wulan ke rumahnya di sekitaran Panakukang Mas. Wulan tidak
turun tepat di depan karena takut dilihat bapaknya. Tapi sebelum dia
turun dia terlebih dahulu langsung melumat bibirku dan menyelipkan
tanganku ke CD-nya.
Mungkin kemaluannya hendak aku belai dulu sebelum dia turun.
“Kapan-kapan main lagi yach Agus!” ucapnya sebelum turun dari mobilku.
Tapi itu bukan pertemuan terakhir kami karena tahun berikutnya dia masuk
SMU yang sama denganku dan kami bebas melakukan hal itu kapan saja,
karena tampaknya dia sudah ketagihan dengan permainan itu bahkan Wulan
pernah melakukan masturbasi dengan pisang di toilet sekolah. Untung aku
melihat kejadian itu sehingga aku dapat memberinya “jatah” di toilet
sekolah.

Komentar
Posting Komentar