Cerita Panas Sex Bergambar, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru – kisah cerita panas ini melibatkan kakaku yang memperkosa aku hingga menjadikan aku ketagihan sex dan melampiaskan birahiku ke adiku sendiri dengan judul “ Cerita Bokep Diperkosa Kakak ku Menjadikan Aku Ketagihan Sex Sama Adik ku” yang membikin libido meningkat dan bisa menciptakan rangsangan birahi seks, selamat membaca.

Cerita Panas
– Sebut saja Namaku Ani, mahasiswi tingkat tiga di sebuah perguruan
tinggi negeri di Bandung. Aku dan saudaraku empat bersaudara, aku anak
nomor tiga. Kakakku yang paling besar, Mbak Ine sudah menikah dan
tinggal bersama suaminya di Jakarta. Kakakku nomor dua, Mas Doni bekerja
di Batam, dan adikku Toni yang paling bungsu masih kelas satu SMU
negeri di Bandung. Baca juga Cerita Mesum yang ada di web ini.
Pertama kali aku melakukan hubungan seks
dengan kakakku nomor dua saat aku masih kelas dua SMU. Saat itu kakakku
sedang cuti dan pulang ke Bandung, aku sangat senang sekali. Kami
bertiga pergi ke Cipanas dan kami menyewa sebuah pondokan di sana. Malam
harinya saat aku sedang tertidur lelap di kamarku, aku merasa ada
sesuatu di kemaluanku. Mula-mula rasanya enak sekali seperti ada yang
membelai dan menghisapnya, tetapi tiba-tiba rasanya sangat sakit seperti
ada yang menekan dan berusaha masuk, dan kurasakan juga seperti ada
yang sedang menindihku.
Saat aku membuka mataku, aku melihat
kakakku sedang menindihku dan berusaha memasukkan batang kemaluannya,
aku mencoba berontak tapi tenagaku kalah kuat.
“Mas Doni jangan, aduh sakit Mas.., sakit..!”
“Ah diem aja dan jangan coba teriak..!” kata kakakku.
“Mas Doni jangan, aduh sakit Mas.., sakit..!”
“Ah diem aja dan jangan coba teriak..!” kata kakakku.
Malam itu kegadisanku diambil oleh kakakku sendiri. Tidak ada rasa
nikmat seperti yang kubaca di buku, melainkan rasanya sakit sekali. Aku
hanya bisa pasrah dan menahan sakit di bagian liang kewanitaanku saat
kakakku bergerak di atas tubuhku. Gerakannya kasar seperti ingin
mencabik-cabik tubuhku. Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu. Saat
kulihat tubuh kakakku mengejang dan kurasakan ada sesuatu yang hangat
menyemprot ke dalam liang senggamaku, semakin hancurlah perasaan hatiku.
Pagi harinya aku hanya terdiam di kamar,
karena tubuhku rasanya lemas dan sakit. Saat kakakku mengajakku pergi,
aku hanya memalingkan wajahku dan menangis. Sore harinya kakakku masuk
ke kamarku, dia minta maaf atas kejadian semalam dan berusaha untuk
memperbaikinya, tapi aku hanya diam saja. Malam harinya kakakku datang
lagi ke kamarku. Aku sangat ketakutan, tapi dia hanya tersenyum dan
mencoba mencium bibirku, aku kembali berontak. Aku memaki-maki kakakku,
tapi dia tidak peduli dan kembali mencium bibirku sambil meremas
payudaraku, lama-lama aku menjadi terangsang karenanya. Dan malam itu
kembali aku dan kakakku melakukannya, tapi lain dari malam yang kemarin,
malam ini aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan kami
melakukannya dua sampai kali.
Sebelum kakakku kembali bekerja di Batam, saat mengantar kakakku di Bandara, aku meminta hadiah perpisahan darinya.
Di kamar mandi Bandara kami melakukannya lagi, “Ah Mas Doni.., terus Mas.. akh..”
“Akh Ani, kamu cantik sekali, akh… Ani, Mas Doni mau keluar, akh..!”
“Ani juga Mas.., akh… Mas, Ani keluar Mas.., akhh..!”
Mas Doni memelukku erat-erat, begitu juga diriku. Setelah beberapa saat kami berciuman dan kembali lagi ke ruang tunggu dengan alasan habis dari kantin beli makanan. Aku hanya bisa menangis saat Mas Doni pergi, tapi aku juga sangat bahagia dengan hadiah yang diberikannya.
“Akh Ani, kamu cantik sekali, akh… Ani, Mas Doni mau keluar, akh..!”
“Ani juga Mas.., akh… Mas, Ani keluar Mas.., akhh..!”
Mas Doni memelukku erat-erat, begitu juga diriku. Setelah beberapa saat kami berciuman dan kembali lagi ke ruang tunggu dengan alasan habis dari kantin beli makanan. Aku hanya bisa menangis saat Mas Doni pergi, tapi aku juga sangat bahagia dengan hadiah yang diberikannya.
Sejak saat itu aku seperti ketagihan
dengan seks, dan untuk melampiaskannya aku hanya dapat melakukan
masturbasi di kamar mandi. Aku sudah punya pacar dan kami melakukannya
sampai sekarang, tapi aku jarang merasakan kenikmatan seperti yang
kudapatkan dari kakakku. Dan saat adikku mulai beranjak dewasa, aku
melihat sosok kakakku, tapi adikku lebih tampan dan gagah bila
dibandingkan dengan kakakku. Aku sering merasa terangsang, tapi hanya
bisa kutahan dan lagi-lagi hanya bisa kulampiaskan dengan jalan
masturbasi. Entah berapa lama aku bisa menahan keinginan untuk
melakukannya dengan adikku.
Sampai suatu hari, saat orang tuaku
sedang tidak ada di rumah, adikku baru pulang sekolah dan aku menyiapkan
makan siang untuknya. Karena hari itu terasa panas, aku hanya
menggunakan celana pendek dan t-shirt tanpa memakai BH. Saat adikku
kusuruh makan, Toni menolak karena sudah makan di luar bersama
teman-temannya, dan akhirnya aku makan sendiri, sedangkan adikku asyik
berenang. Selesai makan aku buatkan jus jeruk dan kuantarkan ke kolam
renang. Sambil meminum jus jeruk, aku melihat adikku berenang. Saat Toni
keluar dari kolam renang dan duduk di sebelahku sambil meminum jus
jeruk dan berjemur, jantungku berdetak semakin cepat dan aku sangat
tidak tahan untuk memeluknya.
Tidak kusangka adikku yang dulunya
polos, sekarang sudah berubah menjadi seorang cowok yang gagah dan
tampan terlebih lagi hobinya adalah berenang. Dadanya terlihat bidang
dengan bentuk yang menggairahkan, tubuhnya atletis dan bisa kutebak
kalau batangnya juga lumayan besar. Aku hanya dapat memandangnya,
wajahnya ditutupi oleh handuk kecil yang digunakannya untuk mengeringkan
tubuhnya. Aku sudah tidak tahan lagi dan aku tidak peduli apa yang akan
terjadi. Aku membelai dada adikku dan Toni hanya menggelinjang
kegelian.
“Mbak Ani.., apaan sih..? Geli tau..! Kurang kerjaan, mendingan bikinin aku roti bakar…”
Aku sedikit terkejut dan kucubit perutnya, Toni hanya tertawa.
“Emang aku pembantumu, enak aja.” kataku agak jengkel.
Aku sudah benar-benar tidak tahan, tanpa pikir panjang lagi kutindih tubuh adikku dan kulempar handuk dari wajahnya.
“Mbak Ani mau ngapain sih..?” tanyanya.
Aku sedikit terkejut dan kucubit perutnya, Toni hanya tertawa.
“Emang aku pembantumu, enak aja.” kataku agak jengkel.
Aku sudah benar-benar tidak tahan, tanpa pikir panjang lagi kutindih tubuh adikku dan kulempar handuk dari wajahnya.
“Mbak Ani mau ngapain sih..?” tanyanya.
Tanpa sepatah kata pun langsung kucium mulutnya dan kuremas-remas
dadanya yang bidang itu. Adikku sangat terkejut dengan apa yang
kulakukan dan mendorong tubuhku. Aku tidak peduli, kucium lagi bibirnya
dan kali ini adikku tidak bereaksi apa-apa dan mencoba untuk
menikmatinya. Aku tahu kalau Toni mulai terangsang, karena kurasakan
diantara kedua pahanya ada sesuatu yang bertambah besar.
Kuciumi terus bibir dan lehernya, adikku sedikit kewalahan tapi Toni selalu mencoba membalas ciumanku walau terasa agak kaku.
“Baru pertama dicium cewek ya..?” tanyaku.
“Ah Mbak banyak omong, terusin aja Mbak..!” katanya tidak sabar lagi.
Mendengar ucapannya aku jadi semakin bersemangat, langsung kubuka kaosku, dan adikku hanya bisa melotot melihat payudaraku yang cukup besar.
“Wah susu Mbak bagus sekali, baru kali ini Toni melihat susu cewek.” katanya.
Kusuruh Toni memegang dan meremasnya, “Aduh jangan keras-keras, sakit.. Coba sekarang kamu isep susu Mbak..”
“Baru pertama dicium cewek ya..?” tanyaku.
“Ah Mbak banyak omong, terusin aja Mbak..!” katanya tidak sabar lagi.
Mendengar ucapannya aku jadi semakin bersemangat, langsung kubuka kaosku, dan adikku hanya bisa melotot melihat payudaraku yang cukup besar.
“Wah susu Mbak bagus sekali, baru kali ini Toni melihat susu cewek.” katanya.
Kusuruh Toni memegang dan meremasnya, “Aduh jangan keras-keras, sakit.. Coba sekarang kamu isep susu Mbak..”
Lalu kusodorkan payudaraku ke mulutnya, Toni mengulum dan menghisap
puting payudaraku, “Akh enak sekali Ton, sshs… akhh terus Ton.., enak
sekali…”
Kusuruh Toni berhenti, lalu kuciumi lagi
bibir dan lehernya, kemudian kuturun ke dadanya dan kuciumi serta
kugigit pelan putingnya, Toni hanya bisa mendesah lirih, “Akh.. enak
Mbak, akhh…”
Dengan tergesa aku turun kebawah, kulihat batang kejantanannya yang gagah sudah sedikit tercetak dan memperlihatkan kepalanya di celana renang adikku. Dengan penuh nafsu langsung kutarik celana renang adikku sampai ke lututnya.
Dengan tergesa aku turun kebawah, kulihat batang kejantanannya yang gagah sudah sedikit tercetak dan memperlihatkan kepalanya di celana renang adikku. Dengan penuh nafsu langsung kutarik celana renang adikku sampai ke lututnya.
“Wah.., Ton punya kamu Oke juga nih, lebih bagus dari punya Mas Doni..”
Adikku hanya tersenyum dan sepertinya tidak sabar dengan apa yang akan kulakukan. Aku pun lalu membuka celanaku dan sekarang aku telanjang. Toni bangun dari kursi dan duduk, lalu Toni meraba bibir kemaluanku, kemudian kusuruh Toni menjilati bibir kemaluanku. Toni kelihatannya kaget tapi langsung kutarik kepalanya ke arah kemaluanku, dan Toni mulai menjilati permukaan lubang senggamaku.
“Akh.., Ton enak sekali terus akh… yaa disitu Ton, enak.., akhh… terus Ton terus akkhh…” desahku.
Aku menggelinjang keenakan dibuatnya, rasanya enak sekali dan aku sangat suka jika ada yang menjilati kemaluanku. Aku sudah tidak tahan, kudorong tubuh adikku ke kursi lagi, kemudian kupegang batang kejantanannya dan kuarahkan ke liang senggamaku. Toni kelihatannya sedikit tegang saat kepala kejantanannya menyentuh permukaan bibir kemaluanku. Toni menahan nafas dan mengerang saat aku menekan tubuhku ke bawah, dan batang kejantanannya masuk seluruhnya ke liang kewanitaanku.
“Akh… Mbak… enak sekali… hangat.. yeah… ayo Mbak terusin..!”
Adikku hanya tersenyum dan sepertinya tidak sabar dengan apa yang akan kulakukan. Aku pun lalu membuka celanaku dan sekarang aku telanjang. Toni bangun dari kursi dan duduk, lalu Toni meraba bibir kemaluanku, kemudian kusuruh Toni menjilati bibir kemaluanku. Toni kelihatannya kaget tapi langsung kutarik kepalanya ke arah kemaluanku, dan Toni mulai menjilati permukaan lubang senggamaku.
“Akh.., Ton enak sekali terus akh… yaa disitu Ton, enak.., akhh… terus Ton terus akkhh…” desahku.
Aku menggelinjang keenakan dibuatnya, rasanya enak sekali dan aku sangat suka jika ada yang menjilati kemaluanku. Aku sudah tidak tahan, kudorong tubuh adikku ke kursi lagi, kemudian kupegang batang kejantanannya dan kuarahkan ke liang senggamaku. Toni kelihatannya sedikit tegang saat kepala kejantanannya menyentuh permukaan bibir kemaluanku. Toni menahan nafas dan mengerang saat aku menekan tubuhku ke bawah, dan batang kejantanannya masuk seluruhnya ke liang kewanitaanku.
“Akh… Mbak… enak sekali… hangat.. yeah… ayo Mbak terusin..!”
Aku lalu bergerak, menggoyangkan
pantatku ke atas dan ke bawah, dan kadang kuputar-putar, tangan adikku
kusuruh meremas-remas payudaraku dan Toni sangat bernafsu sekali. Aku
bergerak semakin lama semaki cepat, tanganku memegang paha adikku untuk
tumpuan. Beberapa saat kemudian, nafas adikku mulau memburu dan
gerakannya mulai tidak karuan, kadang memegang pantatku, kadang meremas
payudaraku, dan aku tahu kalau Toni sudah hampir sampai dan berusaha
menahannya.
“Akh.. Mbak.., aduh… Toni mau keluar Mbak..!”
“Tahan Ton.., Mbak sebentar lagi akhh..!”
“Tahan Ton.., Mbak sebentar lagi akhh..!”
Semakin kupercepat gerakanku, aku mulai liar. Kuremas dadanya dan saat
kurasa kenikmatan itu, aku menekan tubuh adikku, dan tubuhku menjadi
tegang sambil kuremas paha adikku.
“Toni nggak tahan lagi Mbak… akh… Mbak, Toni keluar Mbak akhh..!”
Pantatnya terangkat ke atas seperti ingin menusuk kewanitaanku dan kurasakan semprotannya yang cukup keras beberapa kali di dalam rahimku. Begitu juga denganku, otot kemaluanku menekan batangnya dan kurasakan liangku semakin basah, baik oleh cairanku ditambah mani adikku yang menyemprot sangat banyak di lubang senggamaku.
“Toni nggak tahan lagi Mbak… akh… Mbak, Toni keluar Mbak akhh..!”
Pantatnya terangkat ke atas seperti ingin menusuk kewanitaanku dan kurasakan semprotannya yang cukup keras beberapa kali di dalam rahimku. Begitu juga denganku, otot kemaluanku menekan batangnya dan kurasakan liangku semakin basah, baik oleh cairanku ditambah mani adikku yang menyemprot sangat banyak di lubang senggamaku.
Tubuh kami basah oleh keringat, dan
kemudian kupeluk tubuh adikku menikmati sisa-sisa kenikmatan tadi. Nafas
adikku mulai teratur dan kurasakan batang kemaluannya mulai mengecil di
liang kewanitaanku, namun pantatku masih tetap bergoyang di atas
tubuhnya.
“Mbak, enak sekali.., makasih ya Mbak, baru pertama kali ini Toni merasakan nikmatnya tubuh perempuan dan nikmatnya melakukan hubungan badan.”
“Mbak yang harusnya makasih sama kamu, ternyata adik Mbak cukup hebat walau baru pertama kali, tapi Mbak sangat puas sekali dan Mbak pengen sekali lagi, bolehkan Ton..?”
“Wah.., Toni juga mau Mbak..!”
“Mbak, enak sekali.., makasih ya Mbak, baru pertama kali ini Toni merasakan nikmatnya tubuh perempuan dan nikmatnya melakukan hubungan badan.”
“Mbak yang harusnya makasih sama kamu, ternyata adik Mbak cukup hebat walau baru pertama kali, tapi Mbak sangat puas sekali dan Mbak pengen sekali lagi, bolehkan Ton..?”
“Wah.., Toni juga mau Mbak..!”
Kucabut batang kejantanannya dari lubang
kewanitaanku dan kembali kurasakan orgasme saat mencabutnya. Batang
kemaluan adikku sudah mengecil sekarang, tapi tetap telihat gagah. Toni
lalu duduk di pinggir kursi dan aku kemudian menjilati batang
kejantanannya, Toni kembali mendesah, “Ssshhh.., enak Mbak..!”
Tangannya membelai rambutku dan kadang meremas payudaraku. Aku kembali
terangsang dan batang kemaluan Toni dengan cepatnya kembali tegak dan
kokoh. Aku lalu lari dan menceburkan diriku di kolam renang, Toni
menyusul setelah membuka celana renang yang masih tertinggal di
lututnya. Di kolam kembali kami berciuman, tapi sekarang Toni kubiarkan
lebih agresif. Sambil duduk di tangga kolam, diciuminya bibir dan
leherku, kemudian dihisapnya puting payudaraku.
Kemudian kurasakan Toni berusaha
memasukkan batang keperkasaannya, tapi selalu meleset. Aku hanya tertawa
kecil, lalu kubantu dia. Kupegang batangnya dan kuarahkan ke
kemaluanku. Toni hanya tertawa kecil dan kemudian dia menekan rudalnya
ke sarangku. Toni lalu menggerakkan pantatnya dan memompa senjatannya
keluar masuk liang surgaku, nafasnya juga mulai memburu. Aku menikmati
tekanan yang diberikan Toni dan rasanya nikmat sekali.
“Akh.., enak sekali Ton, yang keras Ton..! Akh..!”
“Akhh Mbak.., kita pindah di kursi ya..? Di sini nggak enak.”
Toni lalu mengangkat tubuhku, kulingkarkan kakiku di pinggangnya sehingga aku masih bisa bergerak walaupun Toni berdiri dan berjalan ke arah kursi tempat kami tadi.
“Akh.., enak sekali Ton, yang keras Ton..! Akh..!”
“Akhh Mbak.., kita pindah di kursi ya..? Di sini nggak enak.”
Toni lalu mengangkat tubuhku, kulingkarkan kakiku di pinggangnya sehingga aku masih bisa bergerak walaupun Toni berdiri dan berjalan ke arah kursi tempat kami tadi.
Di baringkannya tubuhku, lalu Toni mulai
memompa batang kejantanannya lagi, semakin lama semaki cepat. Aku
mengimbangi gerakakn Toni dengan mengerakkan pantatku ke kiri dan ke
kanan, kadang kuremas-remas pantat adikku yang kenyal. Nafas Toni mulai
tidak teratur.
“Lebih cepat Ton.. akh..!”
“Mbak.., Toni mau keluar Mbak, akh..!”
Gerakan Toni semakin cepat, dan saat kulihat tubuh Toni mulai mengejang, kulingkarkan kakiku di pinggangnya. Toni menekan dan memasukan batang kemaluannya lebih dalam lagi.
“Akh.., Mbak, Toni keluar Mbak, akhh.., Mbak.. ngeakhh…”
“Lebih cepat Ton.. akh..!”
“Mbak.., Toni mau keluar Mbak, akh..!”
Gerakan Toni semakin cepat, dan saat kulihat tubuh Toni mulai mengejang, kulingkarkan kakiku di pinggangnya. Toni menekan dan memasukan batang kemaluannya lebih dalam lagi.
“Akh.., Mbak, Toni keluar Mbak, akhh.., Mbak.. ngeakhh…”
Tubuhnya lalu rubuh di atas tubuhku.
Tanpa mengeluarkan burungnya, kusuruh Toni berbalik dan aku mulai
menggerakkan pantatku di atas tubuhnya. Batang kemaluan Toni memang
mengecil, tapi lama-lama mulai mengembang lagi. Aku bergerak tidak
karuan di atas tubuhnya, sampai beberapa saat kemudian aku orgasme,
kupeluk erat-erat tubuh Toni. Setelah agak tenang, karena aku tahu kalau
Toni belum keluar, kemudian aku turun dan mengulum batang
keperkasaannya. Toni menggerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dan
kadang menusuk ke dalam mulutku. Selang beberapa waktu kemudian, batang
kemaluannya seperti mengembang di dalam mulutku.
“Akh.., Toni keluar Mbak.. akhh..!”
“Akh.., Toni keluar Mbak.. akhh..!”
Maninya menyembur di dalam mulutku dan kutelan semuanya, kemudian kami
berpelukan dan berciuman. Tanpa sadar kami tertidur di kursi, kepalaku
kurebahkan di dadanya dan tubuhku di atas tubuhnya.
Sore hari kami dikejutkan oleh suara
klakson mobil dan kami buru-buru bangun. Aku memakai bajuku yang
berserakan di pingir kolam dan Toni buru-buru mengambil celana renangnya
dan berlari ke kamarnya. Saat makan malam, kakiku mengeranyangi kakinya
dan jari kakiku menekan batangnya yang mulai mengembang. Kedua orang
tuaku sedikit keheranan dengan kelakuan kami, tapi mereka tidak pernah
tahu dengan apa yang telah terjadi di antara kami. Malamnya seusai makan
malam aku langsung masuk kamar, begitu juga Toni. Tengah malam aku
terbangun karena Toni menciumi bibirku dan malam itu kami melakukannya
lagi.
Sejak saat itu, secara sembunyi-sembunyi
kami melakukannya, bahkan setelah aku menikah dengan pacarku, kami pun
masih sering melakukannya, terutama saat suamiku sedang dinas keluar
kota. Rahasia ini sampai sekarang masih kami pegang dan bahkan cinta
gelap kami ini membuahkan putra pertamaku yang sekarang sudah berusia 9
tahun.
Saat pernikahan Toni aku memberikan
sebuah hadiah. Setelah malam pengantinnya, kami melakukannya di gudang
belakang rumah saat semua orang sudah terlelap. Toni bilang walaupun
istrinya sekarang masih gadis, tapi tidak ada yang menyaingi aku.
Makanya suamiku sangat betah di rumah karena servisku yang sangat
memuaskan, tanpa tahu kalau aku selingkuh dengan adik kandungku sendiri.
Komentar
Posting Komentar